Postingan

Cerpen "KILAUAN LANGIT"

KILAUAN LANGIT Oleh : Ana Megawanti Haryuni            Alunan lembut angin malam yang berhembus pelan, aroma daun bercampur dengan aroma tanah yang khas menjadi teman bagi wanita ini setiap harinya. Hanya dengan melihat kilauan pancaran titik-titik langit bisa membuat hati perempuan ini tenang.      “Segera masuk Nok , sudah terlalu malam,” kata laki-laki tua yang sambil menjatuhkan pandangannya pada sebuah koran mencari secercah harapan menanti adanya sederet iklan lowongan pekerjaan. Ya, memang tidak dipungkiri sudah kurang lebih tiga tahun belakangan hidup keluarga kecil ini sedikit kurang beruntung. “Iya Bapak,” sahut wanita ini dengan penuh lembut yang kemudian masuk ke dalam kamar. ***      Menjelang pagi, wanita ini selalu pergi ke pasar untuk membeli beberapa sayuran. Dan di sanalah, wanita ini sering bertemu dengan pemuda yang baru dua tahun ini dikenalnya, pemuda yang badannya tegap dan berisi sedang me...
BUMI KU Oleh : Ana Mega Langit begitu mempesona laksana goretan senja Beradu indah menjadi lukisan terbiaskan keagungan Bumi yang menjadi tempat kita berpijak saat ini Tersenyum  takjub dengan rasa bangga            Melihat ke dalam keyakinan yang ditawarkan           Hijau hijau hijau hijau           Kata yang sering didekapnya dalam lantunan do’a           Yang selalu bumi selipkan diantara angkara murka Sekarang pelan merambat menghiasi tubuhnya Semuanya benar kian terasa nyata adanya Kekuatan menjadikannya harus bertahan dan sabar Bagaimana kuatnya bumi menghadapi sekarang           Tidak lebih penting dari sikap kita dalam bertindak           Mungkin terbaiknya sekarang adalah berusaha           Tidakkah kita malu,melihat bumi setiap hari selalu terjaga       ...
AKU SANGAT MENYAYANGIMU Hujan kali ini turun dengan sangat deras, hingga setiap kaca di jendela rumahku mengembun oleh titik-titik air, tanpa segelintir petir dan angin, hujan hari ini sungguh sangat tenang, setenang dengan kepergian Ila, teman yang sudah 15 tahun selalu menawarkan bahunya ketika Aku sedang sedih, menawarkan sapu tangannya ketika Aku sedang berlinang air mata, sahabat yang selalu bisa membuat bibir ini kembali tersenyum, sahabat yang begitu baik padaku pergi untuk selamanya dari sisiku. Aku hampir tidak percaya. Apakah ini sebuah mimpi atau hanya sebuah klise belaka. Jika benar ini mimpi aku berharap untuk segera bangun dan menghapus dalam-dalam mimpi itu dari  ingatan ini. Aku merasa kepergiannya kali ini membawa sebuah pesan. Setelah berdiam diri di dalam kamar, tidak lama kemudian aku turun bersama dengan rasa tidak percaya yang masih menghinggap di kepalaku. Mataku hampir tidak bisa Aku buka karena tetutup besarnya kantung mata yang ku buat akibat air mata...